Senin, 26 Juli 2010

Dan aku merindukannya, di sepotong sore ini, menjadikanku menoleh berkali-kali dan menghitung tiap detik perjalanan bersamanya yang telah berlalu. Rasa yang pernah kutumbuhkan lewat derasnya hujan dan kunikmati setiap tetes sejuknya dalam satu persatu langkah kakiku kembali menyapa. Untuk sesaat, aku terdiam, apa yang kusimpulkan sebagai suatu keadaan dimana tak satupun kata mampu menembus indah yang kurasa.

Aku sadari bahwa seluruh peristiwa hidup adalah udara dalam tiap hembusan nafas, bahwa tiap untaian kisah adalah langkah dari sang masa yang akan terus berlalu. Namun kali ini, dengan suka hati kan kuhentikan sang waktu, tuk mengisahkan kepadanya betapa indah kenangan itu, saat dimana aku bercengkrama dengan sebuah jiwa, jiwa yang akhirnya memberiku cahaya dalam tiap hitungan detik di hadapan sang hidup.

Meski kelak aku takkan sekuat masa lalu, meski kelak aku kan menjadi lemah oleh waktu dan takdir, tapi kujanjikan bahwa kita akan selalu berpindah-pindah, di antara bumi dan surga, dengan tanpa mampu membedakan keduanya, karena itulah kita. Maka percayalah, bahwa hidupmu takkan berlalu begitu saja, karena aku akan selalu memperhatikanmu. Percayalah, bahwa hidupmu takkan berlalu tanpa saksi, karena aku akan selalu menjadi saksimu.

Tahukah engkau, akan kusimpan rasa ini dalam suatu ruang. Ruang dimana sang waktu takkan mampu menembusnya, dimana akal takkan sanggup menghapusnya, dan airmata takkan bernyali untuk melapukkannya. Hingga kelak suatu saat, di satu hari yang dingin, saat usia telah merenggut pikiranku dan masa telah menggetarkan seluruh jemariku, kau akan menyaksikannya, bahwa rasa itu akan tetap ada, takkan hilang, takkan berubah, takkan berkurang, bahkan sedikitpun. Dan saat ini, ketika aku berdiri dalam sepenggal jarak yang memisahkan raga, betapa aku ingin membisikkan satu hal pada jiwanya, satu hal saja… “Tetap tinggallah engkau dalam jiwaku, menemani perjalanan hidupku dalam hamparan cahaya dan balutan pelangi dunia..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar