Kamis, 08 Juli 2010

Percintaan yang begitu menggebu. Walau semua tulang sudah berderik kecapaian, tetap saja tidak menghalangi. Nama yang tersebut diantara lenguhan panjang. Teriakan yang tercekat di leher. Wanita pun ikut melenguh.

Napasnya masih terengah disebelahku. Peluhnya membasahi hampir sekujur tubuhnya. Tatapan mesranya membuatku berpikir. Apakah yang ada dibenaknya, saat ini? Senyum yang terkuak. Aku tak pernah tau apa maksudnya.

Perasaanku melebur dalam segala rupa. Dalam erangan penuh cinta dan wewangian tubuh yang menguap. Cinta terbagi.

Aku hanya menginginkanmu, Wanita

Dalam setiap tarikan napas yang tak disadari, kau selalu hadir. Pernah kah kau juga menyadari kehadiranku dalam setiap harimu. Pada saat kau sibuk bekerja, ditengah keramaian, dan keruwetan hal yang terjadi disekelilingmu?

Kadang aku hanya mampu berharap. Masih bolehkah?

Pada saat bulan tersenyum dan awan berdansa bersama gemintang, adakah aku dalam benakmu?

Matamu kembali terpejam. Tanganmu tetap memelukku erat. Gelisah ini hanya kusampaikan pada angin berdesir yang lewat, melalui kisi-kisi jendela kamar, terbawa oleh tiupan kipas angin. Entah kemana.

Semoga apa yang menjadi gelisahku tidak menjadi gelisahmu. Malam ini, aku hanya ingin menikmati hembusan nafasmu, disampingku. Merasakan kulit polosmu menyentuh badanku. Peluh yang meleleh oleh hawa panas. Hanya rasamu, malam ini. Itu sudah lebih dari cukup.

“Aku mencintaimu, Wanita” bisikku pelan

Dan dalam pelukan eratnya, aku pun terlelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar