Senin, 05 Juli 2010

[JANGAN] Sepak Hukum!

SEPAK bola di Piala Dunia kali ini memang masih menyepak bola tetapi tidak menyepak hukum. Bola yang ditendang Inggris itu jelas-jelas sudah masuk ke gawang Jerman. Tetapi lantaran kiper Jerman cepat memungut dan langsung menendangnya ke tengah lapangan, gol itu ditiadakan.

Sebuah keputusan yang segera menghancurkan mental pemain Inggris. Babak selanjutnya, tim yang dipenuhi oleh pemain bintang ini semata-mata cuma menjalani permainan tetapi tak berdaya lagi memainkan permainan. Penyebabnya pasti bukan karena mereka kurang kemampuan. Penyebabnya pasti karena secara mental, mereka telah dihancurkan.

Tetapi mental yang hancur itu, hanya membuahkan kekecewaan, bukan pembangkangan. Inggris walaupun dengan hati beku dan kaki yang pasti sudah kaku-kaku, tetap berada di tengah lapangan. Mereka tetap menjalankan mandat walau dengan hati berat. Wasit yang membuat keputusan ini juga tidak langsung diarak bugil keliling lapangan sambil dipukuli ramai-ramai. Pertandingan tetap berjalan, dan meskipun akhirnya terbukti keputusan itu keliru, kedaulatan hukum tetap mendapat kepatuhan. Patuh walau hancur luluh inilah prestasi terbesar dalam Piala Dunia, melebihi gol indah sekalipun. Apalagi jika gol itu hanya mengakibatkan kemenangan tetapi miskin kejujuran. Malah ada, gol yang disambar dengan tangan diatasnamakan Tuhan.

Terlalu berani orang ini melibatkan Tuhan untuk soal-soal yang tak perlu. Bukan cuma tidak perlu tetapi juga tidak layak karena bagimana mungkin Tuhan diperalat hanya untuk melegitimasi kebohongan.

Banyak keputusan keliru di dalam permainan, tetapi ada jenis kekeliruan yang harus tetap dijaga dari pembangkangan. Bagaimana ini mungkin? Mungkin, jika yang sedang menjadi objek pembangkangan adalah hukum. Jadi bukan kekeliruan yang yang hendak dilindungi, melainkan hukum yang harus tetap didaulat tinggi.

Soal bahwa di dalam hukum itu ada kekeliruan, ia juga harus dipecahkan secara hukum. Dan wasit yang sedang keliru itu cukup dipulangkan dan diberhentikan dari tugas. Tetapi wasit yang keliru ini, adalah wasit yang tetap dijaga agar apa yang telah diputuskan tetap mendapat kepatuhan.

Jadi ada yang lebih besar dari sekadar sepa bola di Piala Dunia ini, yakni perjuangan atas permatabatan hukum. Betapa tidak memikatnya Piala Dunia, jika di dalamnya masih terdapat hakim yang main sabun, pelatih yang mengeroyok hakim garis dan pemain yang tawuran. Sepak bola dunia di hari-hari ini adalah permainan yang mulai dikeluhkan karena kekurangan kecantikan individu.

Tapi bagi saya, sepanjang ia digantikan oleh kerapihan teknis, kecangghan organisasi dan kedaulatan hukum, bola akan tetap menjadi seni tingkat tinggi. Untuk apa bermain cantik kalau sekeluar dari lapangan cuma untuk dikeroyok massa.

Jika sepak bola saja sanggup begini meluhurkan hukum, betapa malu jika sebuah negara malah gemar merendahkan hukum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar